• This is default featured slide 1 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 2 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 3 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 4 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 5 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

KHALIFAH UMAR DAN PEREMPUAN MISKIN

 

KHALIFAH UMAR DAN PEREMPUAN MISKIN

Oleh: Masykur H. Mansyur (IAIN Syekh Nurjati cirebon Dpk Unsika Karawang)

            Imam Abu Hamid al-Ghazali dalam bukunya, al-Tibr al-Masbuk fi Nashihah al-Mulk bercerita. Adalah Zaid bin Aslam (w. 136 H). Ia seorang ‘tabi’i”,generasi sesudah sahabat  dan termasuk ahli fiqh Madinah pada masanya. Ia seorang yang dimerdekakan oleh Umar bin Khaththab. Pada suatu hari Zaid bercerita:

            Pada suatu malam aku melihat Umar bin Khaththab, sang pemimpin, melakukan ronda malam bersama para petugas ronda malam itu. Aku mengikutinya dari belakang. Aku meminta diizinkan menemani mereka. Manakala kami berada di luar kota, kami melihat cahaya api. Kami menduga ada musafir yang beristirahat di sana. Kami mendekat dan melihat seorang perempuan janda dengan tiga anaknya yang sedang menangis. Sang ibu sedang meletakkan panci di atas tungku yang menyala. Bibirnya bergetar sambil mengadu kepada Tuhan: “Tuhanku, berikan keadilan atas Umar kepada-ku dan tuntutlah agar dia memberikan hak kami. Dia kenyang sendiri, sementara kami lapar”.

            Ketika mendengar ucapannya, Umar  sambil mengucapkan salam dan memohon izin  untuk masuk. Sang ibu menjawab, “Jika engkau bermaksud baik, masuklah’. Umar lalu masuk dan bertanya tentang keadaannya dan anak-anaknya. Perempuan itu mengatakan, “Aku dan anak-anakku datang dari tempat yang jauh. Aku ketakutan dan mereka lapar. Kami dalam keadaan amat payah dan sangat lapar. Mereka tidak dapat tidur lelap”. “Apakah gerangan yang ada dalam panci ini?” tanya Umar sambil menunjuk panci di atas tungku itu. “Aku masukkan air di dalamnya agar mereka mengira aku sedang memasak nasi, sehingga mereka bisa bersabar menunggunya”, jawab perempuan tersebut.

            Sesudah mendengar cerita ibu tersebut, Umar keluar menuju warung rempah-rempah untuk membeli bumbu secukupnya dan ke warung lain untuk membeli gandum satu karung. Sesudah itu ia kembali ke gubug itu. Umar memikul sendiri barang-barang yang dibelinya. Teapi Zaid segera memintanya untuk membawanya. “Tuan biarkan aku membawanya”. Umar menjawab; “Jika engkau yang memikulnya, siapa yang akan memikul dosaku dan siapa pula yang akan menghalangi  terkabulnya pengaduan (do’a) perempuan dan anak-anaknya itu atasku”.

            Sepanjang perajalanan ke tempat mereka, Umar tak henti-hentinya menangis. Umar menyerahkan kepadanya semua bahan makanan tersebut. Si ibu menerimanya dan mengucapkan terima kasih. “Semoga Allah menjaga budi baikmu, Nak”. Umar lalu memasukkan bahan-bhan terebut ke dalam panci dan menyalakan api. Manakala api meredup, dia meniup bara api itu hingga debu berterbangan mengenai wajahnya yang bersih. Ia menunggu masakan itu sampai masak, Umar kemudian meletakkannya ke atas piring sambil mempersilahkan mereka makan.

            Umar mengatakan, “Ibu tolong jangan mendo’akan buruk atas Umar, karena dia tidak mendengar apapun tentang nasib ibu dan anak-anak ini”. (Abu Hamid al-Ghazali, al-Tibr al-Masbuk, hlm, 54-55. Sumber K.H. Husen Muhammad, Lisanul Hal Kisah-kisah Teladan dan Kearifan, Jakarata, PT. Qaf Media Kreatifa, 2020, hlm. 39-41.

Share:

Khutbah Jum’at Ikhtiar dan Tawakal Hadapi Covid-19 Oleh Masykur H.Mansyur (IAIN Syekh Nurjati Cirebon DPK Unsika Karawang)


Alhamdulillah kita bersyukur keharibaan Allah SWT, karena kita bisa melaksanan kembali shalat jum’at, karena selama kurang lebih dua bulan yang lalu banyak masjid tidak menyelenggarakan kegiatan, termasuk shalat jum’at, ini semua adalah akibat dari pandemi Covid-19 yang melanda negei ini. Sejak awal April 2020 pemerintah Indonesia telah menetapkan fenomena ini sebagai Bencana Nasional. Hingga Kamis kemarin, 11 Juni 2020, Corona melaju saat Adaptasi Normal Baru setidaknya tercatat ada 43.414 ODP, 14.052 PDP, 34 Provinsi, 242 Kabupaten Kota, 35.295 positif, 12.636 sembuh dan 2000 orang meninggal dunia. Dari sekian banyaknya yang terkena Covid-19 mungkin saja di antaranya ada warga atau saudara kita, sahabat kita, tetangga kita.  Kita do’akan semoga warga yang terkena musibah ini segera sembuh, dan yang telah meninggal dunia semoga Allah SWT menerima iman Islamnya dan  mengampuni dosa-dosanya, Amin.
Hadirin Jama’ah Jum’at Rahimakumullah.
Segala yang terjadi di dunia ini tentu tidak lepas dari kehendak Allah Swt. Suka atau duka, baik atau buruk, senang atau susah, Allah SWT yang telah mengatur semua yang terjadi di alam semesta ini. Suatu hal yang perlu digaris bawahi adalah semua yang berlangsung di atas bumi ini adalah atas ijin dan kehendak Allah SWT. Allah berfirman dalam surat al-Taghabun 64 [11].
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِۗ وَمَن يُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ يَهۡدِ قَلۡبَهُۥۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٞ
Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Pada ayat lain disebutkan dalam surah al-Baqarah 2 [216]
كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلۡقِتَالُ وَهُوَ كُرۡهٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكۡرَهُواْ شَيۡ‍ٔٗا وَهُوَ خَيۡرٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّواْ شَيۡ‍ٔٗا وَهُوَ شَرّٞ لَّكُمۡۚ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ ٢١٦
216. Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui
Oleh karena itu dalam menghadapi  musibah  wabah yang sedang melanda dunia sekarang walaupun  dirasakan  tidak menyenangkan, atau sesuatu yang dianggap buruk dan kebanyakan orang membencinya bahkan banyak yang stress karenanya, dan  semua  berharap wabah ini cepat berlalu  dan bisa hidup normal kembali.di balik itu tentu ada hikmah yang besar bagi orang orang yang pandai mengambilnya. Maka sebagai orang yang beriman sikap optimisme akan muncul dan  harapan baik akan kita dapatkan. Kita yakin  di balik musibah yang sangat memilukan ini tentu ada beberapa pelajaran  positif yang dapat kita gali sebagai ibrah bagi kita semua.
1.      Berikhtiar
Ikhtiar bagi orang yang beriman adalah kewajiban. Ikhtiar jika seseorang mengharapkan sesuatu, misalnya perubahan nasib, mendapatkan rezeki, ilmu, kelulusan ujian, kesehatan dan sebagainya, maka ia harus melakukan suatu upaya lahiriah secara aktif dan nyata, dan inilah yang disebut ikhtiar atau usaha. Demikian pula jika kita berharap terhindar atau selamat dari acaman Virus Corona yang mematikan itu, kita harus memperhatikan petunjuk dari para ahli kesehatan. Sebagai orang beriman ikhtiar yang dilakukan adalah dengan melaksanakan “Prosedur Standar Tatanan Baru Beraktifitas Keseharian dengan Disiplin Menjalankan Protokol Kesehatan. Yaitu; 1). Jaga jarak aman fisik 1-2 meter, 2). Displin gunakan masker, 3). Menyiapkan tempat cuci tangan/hand sanitizer diruang publik, 4). Mengukur suhu tubuh, 5). Membatasi hingga separuh pengunjung di sasilitas umum.
2.      Berdo’a
Disamping ikhtiar yang kita lakukan, kita juga harus melakukan upaya batiniah,yakni memohon dan berdo’a kepada Allah SWT. Allah berfirman dalam surat al-Baqarah 2 [186]
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌۖ أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ
فَلۡيَسۡتَجِيبُواْ لِي وَلۡيُؤۡمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُونَ ١٨٦
186. Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran
Dengan penuh kesungguhan kita harus optimis bahwa Allah akan menjawab do’a-do’a kita termasuk permohonan dalam menangani Covid-19. Salah satu do’a sebagai amalan menghadapi Covid-19
بِسْمِ اللهِ لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْئٌ فِي اْلأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
"Dengan menyebut nama Allah yang bersama nama-Nya tidak ada sesuatu yang berbahaya baik di bumi maupun di langit. Dan Dialah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.
3.      Tawakal
Selain melakukan ikhtiar dan berdo’a kpada Allah tidakketinggalan adalah tawakal..Tawakal adalah suatu sikap mental seseorang yang merupakan hasil dari keyakinannya semata-mata kepada Allah SWT.
Dalam surat Ali Imran 3 [159] Allah berfirman

فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ ١٥٩
159. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya
بارك الله لي ولكم
Share:

Postingan Populer

Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.